Selama seminggu di Jakarta, saya mencoba untuk mengunjungi beberapa warnet. Maklum aja, sebagai orang yang terjajah teknologi terutama teknologi internet :p warnet merupakan sarana yang paling pas untuk online selain dari rumah via telkomnet instan yang mahal itu :D
Dari beberapa warnet yang saya kunjungi, ada beberapa catatan yang saya beberkan di tulisan ini. Yang jelas ada warnet yang bagus, cukup bagus, hingga yang mengecewakan.
Warnet yang pertama saya kunjungi lokasinya di Radio Dalam, koneksinya menggunakan wireless dan bagus (baca: cepat) komputer juga bagus. Waktu saya menanyakan apakah saya bisa menggunakan notebook, si operator mengatakan tidak bisa. Saya melihat kebingungan sepersekian detik :p tapi dengan pandai dia mengatakan “tidak bisa mas, gak ada kabel yg tersedia” dan saya kira itu lebih baik daripada operator warnet berikut yang saya datangi esok harinya di daerah Ciputat / UIN yang membiarkan saya menunggu selama 5 menit hanya untuk menunggu seorang teknisi yang cuma bisa cengengesan dan mengatakan “tidak bisa” dan si operator hanya sibuk dengan layar chattingnya. Owner warnet, anda semuanya harus menegur dengan keras operator anda yang cuma sibuk chatting pada saat jam kerja.
Di warnet yang ketiga, sang operator memberikan kesempatan bagi saya untuk mencolokkan kabel UTP ke port LAN di notebook tapi sayang sekali…, si operator mengira cukup dengan mencolokkan kabel ke notebook maka semua bisa jalan. padahal saya masih memerlukan informasi IP address, gateway dan DNS :( dan setelah melihat sang operator tidak bisa membantu sama sekali, saya menyerah dan membuka terminal lain dan pada saat itu saya sadar jika koneksi internet lagi putus!!!!
Dengan putus asa, akhirnya saya menuju warnet teman saya sendiri di daerah Kelapa Dua (Depok). Disana tentu saja saya bisa menyambung notebook dengan lancar tanpa halangan, si owner juga tau informasi apa yang saya perlukan untuk setting tcp/ip pada notebook ( sejujurnya tetap saja saya menganggap dia perlu memasang servis DHCP daripada repot ngurusin IP Address untuk 30 PC ) apakah problem saya selesai? Ternyata belum. Dari warnet teman saya tersebut, saya tidak mem”POP” email maupun mengakses email saya via web. Saya cek dengan admin ISP di Makassar tidak ada masalah dengan email server dan web server mereka ( Sorry Dani, saya ngerepotin jam 4 pagi :D ) saya harus nyari proxy anonymous dulu untuk bisa mengakses via web. 3 POP mail saya tetap tidak bisa di akses.
Hari ini, saya jalan2 di Blok M Plaza dan melihat sebuah warnet di Mall tersebut. Isinya penuh, saya harus menunggu sebentar untuk mendapatkan tempat dan ketika mengklik “start” pada billing. surprise!!! it’s a Linux :D menyenangkan :) dan aksesnya cepat, saya mengakses email, yahoo mail, gmail, chatting sebentar dengan teman-teman di Makassar. tarifnya Rp 4000/30 menit. Mahal? Dengan kecepatan seperti ini, saya tidak merasa mahal sebab saya bisa mengecek ke tiga web mail dengan cepat dan tidak perlu menunggu lama sehingga 30 menit itu benar-benar efisien. Ketika mencoba bertanya ke Operator mengenai distro yang di gunakan, dia berkata bahwa mereka menggunakan berbagai distro ( ubuntu, Lex dll ).
Untuk warnetters ( warnet owner’s), apa yang saya tulis ini adalah pendapat pribadi yang tentu saja berdasarkan kebutuhan saya mengenai akses internet. Apakah semua user seperti saya? Sudah tentu tidak. Tapi saya kira catatan mengenai sikap, pelayanan dan pengetahuan Operator sangat mempengaruhi kepuasan user. di warnet yang kedua saya sangat kecewa karena di biarkan menunggu oleh operator yang tidak bisa memalingkan muka sedetik pun dari monitor. di warnet yang ketiga, walaupun kecewa tapi usaha sang operator untuk melayani saya sebaik mungkin cukup mengobati rasa kecewa dan saya akhirnya menyalahkan koneksi yang putus :p
6 komentar:
Saya juga heran kenapa banyak warnet yang tidak mengijinkan pemakaian laptop pribadi, padahal ini kunci buat pengguna kelas bisnis. Hal ini terutama sekali terlihat di Jakarta, padahal di kota besar lain di Asia Pacific dan USA yang saya sering kunjungi, no problem. Bahkan di Bali pun kemungkinannya lebih besar dari Jakarta. Ketika ada yang posting pertanyaan di milis warnet, eh namanya apa tuh, yang anda juga member itu, jawabannya bener bener aneh, katanya takut sedot bandwidth dan program aneh aneh untuk hack dan malah ada yang mengomentari si penanya orang aneh, udah dikasih komputer masih maunya laptop. Well, untuk kalangan professional, kerahasiaan data itu perlu dan efisiensi kerja juga menyebabkan saya membawa laptop kemana mana
Saya paling ga suka warnet pengap dan bau rokok. Udah pake AC, ngerokok lagi. Dari dulu, ga betah berlama-lama diwarnet bau rokok, keyboard super dekil of the kumel, mouse banyak yang ngegesernya ngadat karena banyak daki dirodanya. Masak kalau ke warnet harus bawa masker dan obeng kembang. Ga lucu donk :p
kalo pas ke malang, trus bawa laptop, main aja ke fresnet atau ke confetti. ada wiFi-nya. jgn sungkan tuk nanya kalo ada kesulitan. kalo op-nya ndak bisa, pemecahannya di cari bareng2. hi2 maaf promosi
saya setuju dgn pendapat...op suka asik dgn layar monitornya..pelayanan ke konsumen suka di kesampingkan..padahal yg bayar bandwith khan konsumen ..yang kedua kl kewarnet saya bebas..mo bawa notebok mo bawa komputer sendiri silahkan..asal udahnya bayar.hi..hi:D, telus yg ketiga..kl merasa kesulitan ..bilang terus terang minta solusi pada op atau teknisi asal jangan menggurui mereka..kl mereka ga bisa biar ownernya yg turun tangan langsung...
cm sumbang saran...
penggunaan Line diluar warnet memang dikhawatirkan akan menyedot bandwith n aktivitas hacking.
solusinya mau tidak mau gunain wireless. dan memang sdh diterapin di warnet d daerah depok.
dgn tarif yang murah... bs nge net di kostan...
lagi2 umur wireless ngak nyampe 1 thn krn kena petir... radionya mati... :( jadi serba salah kan...
udah investasi gede .. yg ada rugi :(
hahaha..operatornya ga ngerti apa2..:D
tp thanks buat <a href="http://articles.jak-stik.ac.idinfonya</a>
Posting Komentar