iklan test

Kamis, November 29, 2007

Busway, Portal dan Polisi Tidur

Semasa masih kecil yang paling saya ingat dari Jakarta adalah daerah Kemayoran, karena saat itu Bandar Udara Kemayoran masih berfungsi. Saya ingat karena begitu keluar dari areal Bandara langsung berhadapan dengan kali yang berisi segala macam. Ingatan berikutnya melayang ke Taman Mini dengan luasnya yang menakjubkan untuk seorang anak-anak :) Dimasa SMP lain lagi, yang berkesan di kepala adalah Ancol dan Dufan. Jaman SMA saya praktis tidak pernah ke Jakarta, hingga akhirnya kuliah di Gunadarma Depok.

Di masa Kuliah, yang teringat adalah tiap pagi harus berebut tempat di metromini, bis ppd hingga akhirnya sampai di kampus menggunakan miniarta. Tawuran siswa dan berbagai model bus kota lah yang teringat, bagaimana dengan Monas, Ancol, Taman Mini? Boro-boro ingat, saya lebih memilih ke Bali atau lombok untuk liburan.

Sekarang, saya balik lagi ke Jakarta. Setelah hampir 2 tahun, ternyata ciri Jakarta yang tertanam di kepala saya adalah Busway, Portal dan Polisi Tidur. Setiap hari kerja saya adalah pengguna busway dan merasa sangat tertolong. Tidak terbayang jika harus ke kantor menggunakan kendaraan pribadi ataupun moda transportasi lainnya.

Setiap pagi pula saya melewati berbagai polisi tidur dan portal. Sebuah jalan di daerah hang tuah terdapat sekitar 10 polisi tidur untuk jarak tidak lebih dari 200 meter. Suatu bentuk egoisme yang tidak terbayangkan. Portal juga menjadi halangan tersendiri, saya pernah kebingungan dan harus berputar-putar di dalam sebuah perumahan untuk mencari jalan keluar. Aneh bin ajaib karena selama 3 tahun tinggal di Bali dan sekian tahun di Makassar, baru kali ini saya melihat betapa masifnya penggunaan polisi tidur dan portal. Sudah begitu parahnya kah hidup di Jakarta?

Minggu, November 18, 2007

No Telpon Info Jalan Tol

Dua minggu terakhir saya sering bolak-balik Bandung-Jakarta dan tentu melalui jalan Tol. Biasanya dalam perjalanan saya menyaksikan kejadian kecelakaan yang telah terjadi yang ditandai dengan melambatnya trafik lalu lintas karena para pengguna mengurangi kecepatan untuk melihat kejadian tersebut.

Namun kemarin saat dalam perjalanan pulang ke Jakarta, saya melihat langsung sebuah kecelakaan di KM 86. Kira-kira 200m didepan saya sebuah VW Beetle Putih yang entah selip atau bersenggolan dengan kendaraan lain kehilangan kontrol, spin, dan kemudian terbalik. Kondisi jalan saat itu cukup ramai dan rata-rata kendaraan melaju pada kecepatan 100km/jam. Kondisi tersebut tidak memungkinkan saya berhenti tiba-tiba karena beresiko di tabrak dari belakang.

Yang terpikir selanjutnya adalah melaporkan kecelakaan tersebut. Saat itulah saya sadar betapa minimnya informasi nomer telepon yang bisa dihubungi untuk melapor. Papan informasi pertama yang saya dapatkan adalah di sekitar KM 77-76 (10 km dari kejadian). Melihat sepintas, ada 2 nomer, saya ingat satu: 022 91196666. Sayang, tidak ada yang mengangkat. Wah, kok nomer penting tersebut malah tidak ada yang melayani.

Dengan perasaan campur aduk saya penasaran di KM berapa lagi sebelum papan informasi tersebut tersedia. Akhirnya di antara km 65-67 ada sebuah papan lagi. kali ini saya mencoba nomer yang satu lagi: 022 2021 6666, kali ini ada yang mengangkat dan kecelakaan tersebut saya laporkan. Kesan yang saya terima, kejadian tersebut belum ada yang melaporkan. Mudah-mudahan penumpang VW tersebut selamat.

Saya harapkan nomer darurat jalan tol ini harus di pasang lebih banyak, kalo perlu ditiap kilometer terpasang papan info no. darurat ini. Saya merasa ngeri membayangkan jika saya yang menjadi korban kecelakaan, punya ponsel, tapi tidak tahu harus menghubungi siapa saat kecelakaan menimpa.

Jumat, November 16, 2007

Saya ingat asalnya dari mana :)

Foto di bawah ini di ambil dari sebuah baliho di sudut jl. Fatmawati, Jakarta Selatan. Saya tergelitik karena ingat asalnya foto itu dan korelasinya terhadap tema yang diusung.


hint: googling "iwo jima picture"

Kamis, November 01, 2007