Ingat dengan kasus Pilkada di Depok? Kalo gak tau, ceritanya begini: Setelah pilkada (dan ada pemenangnya) hasilnya dibawa ke pengadilan dengan alasan banyak yang seharusnya ikutan memilih tidak ikut memilih.
Di pengadilan hasilnya mengejutkan, sang pemenang dinyatakan kalah dengan logika bahwa yang tidak ikut memilih semuanya dianggap memilih sang pecundang. Logika darimana yang dipergunakan? Saya pikir tadinya logika dari planet Neptunus.
Yang aneh bin ajaib...
Di milis telematika juga ternyata ada yang berlogika sama, walau sudah jelas jelas kalah dalam pooling tetap saja ber alasan bahwa yang pendukung lawan "cuma" 53 orang dan "silent majority" ( 1600 org ) di anggap pendukung.
Pantas lah negeri ini kacau, orang-orang tua kita ternyata tidak di didik berlogika yang baik, padahal sudah berkecimpung di dunia Telematika yang notabene berbasis logik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar