iklan test

Minggu, Januari 28, 2007

Jumat, Januari 26, 2007

Nge Blog di Notebook


Nge blog itu bisa dimana saja. bukan menggunakan ponsel atau notebook, tapi "notebook" dalam arti sesungguhnya ;)

tulisan pada foto di atas bisa di baca di sini : http://irwinday.wordpress.com/

Jumat, Januari 19, 2007

Teori Paman Gober

Alkisah si tokoh yang telah kita kenal baik: Donal Bebek, berniat untuk menjadi seorang pengusaha bunga. Alasan Donal untuk menjadi pengusaha bunga sederhana, dia memiliki tipe bunga yang bagus dan semua yang kerabat terdekatnya seperti Desi bebek sang kekasih, Kwik Kwek dan Kwak sang ponakan dan Professor Lang Ling Lung sang penemu bibit bunga sangat mendukungnya.

Agar cepat laku maka Donal menjual bunga tersebut dengan harga murah dan bungkus seadanya dan menjualnya di pinggir jalan. Namun, walau dengan harga 1000 perak/ikat ternyata bunga-bunga tersebut tidak laku. Sehingga setelah sekian lama berjualan Donal mulai merasa frustasi dan pergi meminta tolong ke kerabat terdekatnya: Paman Gober.

Si Paman, seorang bisnisman yang berhasil mempelajari kisah Donal dan sambil tersenyum dia berkata: "Donal, aku beli semua bungamu dengan harga yang kamu jual sekarang". Donal terperangah dan curiga, apa yang ada di benak Paman ku ini? Tapi, bayangan kerugian yang membayanginya membuatnya tidak ada pilihan lain.

Apa yang Paman Gober lakukan? Sederhana. Semua bunga tersebut dia bungkus dengan baik. Kemudian dibawanya ke Mall, diberinya merek yang bagus dan menjualnya dengan harga 100ribu perak. 10x lebih mahal daripada harga aslinya. Dan ternyata bunganya laku keras.

Dengan tersenyum, sang Paman menasehati keponakannya: Donal, kalau kamu menjual dengan harga murah tidak laku, cobalah kamu jual dengan harga mahal.

Kisah Donal bebek berjualan bunga ini saya baca ketika saya masih SD dan sangat membekas di ingatan saya. Ketika bertemu dengan komunitas Open Source di kantor Menristek, saya juga memberikan pandangan (yang entah diperhatikan atau tidak hehehehe) bahwa komunitas ini harusnya bilang bahwa harga mereka tidak murah :) karena di pandangan Pemerintah harga murah itu "tidak menarik". Seandainya kita berkata biaya migrasi dari ilegal ke Legal menggunakan Open Source juga sekitar 400M, sepertinya MOU tersebut akan hilang dengan sendirinya :)

Dari diskusi dengan orang orang bisnis, saya juga mendapatkan pandangan yang sama: mereka semua pesimis jika penghematan anggaran dan efisiensi diberikan sebagai alasan untuk Pemerintah. "Pemerintah tidak berpikir untuk efisien kok" kata mereka.

Karena itu: saran saya untuk para Pejuang Open Source, mari kita jual mahal, karena kalau di jual murah tidak akan dilirik :)


Kamis, Januari 18, 2007

Cikampek Cipularang

Minggu lalu saya ke Bandung untuk berakhir minggu. Bisa dipastikan saya melalui jalan tol Cikampek Cipularang untuk menuju ke bandung.

Selama perjalanan ini lah saya mencatat beberapa kejadian selama di jalan tol tersebut.

1. Menyalip melalui bahu jalan.

Benar-benar mengerikan melihat mobil-mobil yang dengan kecepatan tinggi menyalip melalui bahu jalan. Dan saya sempat menyaksikan aksi nyaris celaka. Saat itu saya sedang melaju dengan kecepatan 80km/jam di jalur kiri dan melihat dari spion kiri kilauan lampu mobil pertama dengan kecepatan tinggi, saya perkirakan sekitar 100-120km/jam. Di depan saya dengan jarak sekitar 2-3 detik ada sebuah truk sedang disebelah kanan ada sebuah bus dengan kecepatan sama dengan saya. Mobil kedua, sebuah sedan Soluna hijau juga menyusul dengan selang waktu sekitar 1 detik dari mobil pertama ketika saya melihat mobil pertama tersebut tiba tiba melakukan manuver ke kanan mengambil jalur kiri tepat di depan truk yang akhirnya mengerem.

Apa yang membuat mobil pertama ini bermanuver? Dibahu jalan ternyata ada sebuah bis yang berhenti! Mobil pertama lolos, bagaimana dengan si Sedan Soluna? Dia menjadi orang yang paling beruntung hari itu: dengan manuver yang kritis, si sedan langsung mengambil posisi di belakang truk yang sedang mengerem untuk kemudian bermanuver lagi ke jalur kanan (karena ruang untuk mengerem tidak cukup) dengan jarak tidak lebih semeter dari Bus yang saat itu ada di sebelah kanan. Mengerikan.

2. Kendaraan Lambat yang egois

Mengapa mobil-mobil tersebut menggunakan bahu jalan? Salah satunya adalah kebiasaan dari Truk dan Bus yang berjalan lambat dan menguasai jalur yang tersedia. Saya sendiri tergoda untuk melalui bahu jalan namun mengingat resiko yang sangat besar dan saya juga tidak mengejar apa apa akhirnya saya memilih untuk bersabar saja. Para Truk dan Bis yang berjalan lambat ini memang kadang sangat egois, sudah lambat tidak mau mengalah dan memberi jalan ke kendaraan lain yang lebih cepat.

Terasa sekali pas Jalur Cikampek sudah dilewati dan memasuki arah Cipularang saya bisa memacu kendaraan lebih cepat dari rata-rata 70-80 km/jam menjadi 100-120 km/jam :D ya..ya..ya..saya tau, batasnya adalah 100 km/jam ;)

Beberapa hal lainnya yang saya perhatikan adalah kurangnya kesadaran dari pengguna jalan tol bahwa mereka sedang berada di jalan tol :p ada yang mengemudikan kendaraannya seolah-olah angkot kejar setoran dan memaksa untuk menyalip pada kondisi ramai dan padat. Juga sering saya ngeri dengan kendaraan di belakang saya dengan posisi sangat dekat, apa mereka kira bisa menghindar kalau saya tiba-tiba melakukan emergency brake?

Terakhir, yang bikin saya gregetan adalah: Ketika pulang ke Jakarta, sebuah mobil polisi yang mengawal sebuah mobil pejabat (D 41 DS) berjalan dengan kencangnya di BAHU JALAN!!! Gila benar ini polisi, apa dia nggak mengerti kalau bahu jalan itu hanya untuk keperluan EMERGENCY????

Kamis, Januari 11, 2007

Komisi I DPR Tuntut Pembatalan MoU RI - Microsoft

Rupanya skandal MOU ini mulai masuk babak baru, kali ini Komisi I DPR ikutan bersuara.

http://detikinet.com/

Rabu, Januari 10, 2007

Jangan sakit, kecuali...


Foto di atas di ambil di pemakaman karet, 2 hari yang lalu. Yang meninggal adalah saudara laki laki dari seorang staff Keuangan di kantor kami, disebabkan oleh stroke. Profesi beliau adalah seorang supir di sebuah perusahaan swasta. Yang menarik adalah: ternyata beliau sakit sudah cukup lama dan perusahaan menanggung semua (ya, semuanya tanpa terkecuali) biaya perawatan yang menurut info dari pihak keluarga mencapai ratusan juta rupiah. Selain itu, gaji dan tanggungan lain tetap di bayarkan oleh perusahaan.

Salut buat perusahaan tersebut, terlihat bagaimana mereka sangat menghargai pegawai mereka.

Selasa, Januari 09, 2007

Kesiapan Open Source dan Sensus Software Ilegal

Ada 2 point yang menarik untuk disimak dari pernyataan Menkominfo Bapak Sofyan Djalil di dalam wawancara beliau di Majalah Tempo.

  1. Open Source belum siap untuk digunakan
  2. Pemerintah (menkominfo? ) akan melakukan sensus software ilegal di lembaga pemerintah.

2 point ini yang menjadi perhatian utama saya, karena kedunya menunjukkan bagaimana karakter Bangsa kita yang tercermin dari perilaku pejabat-pejabat negara kita.

1. Open Source belum siap digunakan

Ketika bekerja di sebuah perusahaan asing sekian tahun yang lalu ada satu kejadian yang membekas di benak saya. Pada satu waktu departemen kami diminta untuk merancang sebuah sebuah jaringan, alhasil kami pun merancang dan mengajukan rancangan kami ke atasan (yang bukan berlatar belakang IT). Apa yang dilakukan atasan kami cukup mengherankan saya, yaitu dia bertanya kepada koleganya (sebangsa dan setanah air Jerman) yang nota bene bukan orang IT juga. Untuk sesaat saya merasa "panas", orang ini kok aneh, tim kami yang notabene keahliannya di bidang ini kok malah minta second opinion dari orang yang keahliannya gak berhubungan sama sekali.

Tapi, kejadian itu bukanlah yang pertama. Bahkan saya menemukan kejadian tersebut berkali kali dalam berbagai kondisi. Intinya: mereka sangat percaya kepada koleganya yang sebangsa dan seTanah Air. Dalam pemilihan perangkat juga begitu. Kadang saya protes, kenapa saya harus menggunakan perangkat dari Jerman yang mahal dan sulit didapatkan itu? Jawaban mereka: karena duit-nya akan masuk ke perusahaan itu juga akhirnya, jadi biar mahal tidak apa apa toh cuma pindah dari kantong sebelah kiri ke kantong sebelah kanan.

Sekarang mari kita lihat karakter tersebut dan bandingan dengan karakter bangsa kita yang tercermin dari wawancara Menkominfo Sofyan Djalil: beliau mengatakan Open Source belum siap untuk digunakan. Oke Bapak Menteri, jadi rupanya Bapak lebih percaya kepada Redmond daripada MenRistek yang sudah susah payah membuktikan bahwa Open Source itu layak pakai.

Saya bisa merasakan perasaan Menristek dengan pernyataan Pak Sofyan Djalil. Kalau itu yang mengatakan orang lain masih mendingan, namun ini dikatakan oleh rekan sesama menteri yang seharusnya ikut mendorong dan bukan malah bikin pernyataan perangkat lunak yang sudah digunakan secara meluas sebagai tidak siap pakai.

Pemerintah lebih suka mengeluarkan 400 miliar untuk bayar perusahaan asing daripada membiayai anak negeri sendiri untuk mengembangkan perangkat lunak Open Source hingga "layak pakai" lebih banyak disebabkan karakter lebih percaya kepada pihak asing ini.

Kenapa saya mengatakan karena karakter? Sebab kalau saya katakan bahwa dibalik MOU itu adalah "komisi", "perselingkuhan" ataupun "tekanan asing" saya tidak punya bukti. Tapi saya dapat melihat karakter yang saya sebut sebelumnya diperlihatkan oleh mereka yang berada dibalik MOU tersebut.

2. Sensus Software Ilegal di Pemerintah.

Nah ini dia pernyataan menarik lainnya dari wawancara di Majalah Tempo: pemerintah akan melakukan sensus terhadap penggunaan perangkat lunak ilegal (baca: bajakan) di lembaga pemerintahan. Mengapa menarik, sebab kesimpulan dari pernyataan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pemerintah mengakui telah melakukan pembajakan piranti lunak ( kalo tidak, buat apa di sensus?)
  2. Hukum ternyata tidak berlaku untuk Pemerintah, tidak seperti rakyatnya yang sejak 2 tahun terakhir ini dihantui sweeping perangkat lunak bajakan.

Untuk kesimpulan No. 1, maka masukan bagi KPK adalah: tolong periksa secara seksama semua Anggaran yang berhubungan dengan sistem komputer, jika didalamnya sudah mencakup pembiayaan untuk perangkat lunak dan tetap terjadi pembajakan berarti ada dugaan korupsi telah terjadi.

Untuk kesimpulan No. 2, saya tidak tahu harus berkata apa. Sebagai saksi bagaimana represifnya penegakan UU Haki di Warnet (yang berujung bangkrutnya beberapa warnet) ternyata Pemerintah lupa membersihkan dirinya sendiri. Bahkan lebih hebat lagi: Dengan bangga mau membayar (uang rakyat tuh!! x-( ) ber miliar miliar dengan alasan dapat diskon. Yah, semut di seberang terlihat dan diinjak-injak, gajah di pelupuk mata perlu disensus dulu.

Di akhir tulisan ini, sekali lagi saya tekankan bahwa persoalan ini bukan semata-mata urusan Microsoft vs Open Source seperti yang di tenggarai oleh beberapa orang yang di anggap sebagai tokoh-tokoh IT, tapi dimensi persoalan ini lebih jauh dari itu. MOU ini membuka mata kita bahwa Hukum tidak berlaku sama untuk semua orang di negeri ini yang aparatnya tetap ngotot berkata bahwa negeri ini adalah negeri hukum. MOU ini juga membuka mata kita bagaimana karakter lebih percaya kepada orang asing adalah karakter mendasar bangsa kita. Setelah menyebutkan point-point di atas masihkah berani menyebut kami Pahlawan Kesiangan? kalau masih, mungkin saya perlu belajar lagi apa arti sesungguhnya dari Nasionalisme.

Senin, Januari 08, 2007

Posting pertama di 2007

Selamat Tahun Baru 2007,

Kejadian gempa Taiwan membuat saya tak bisa mengakses blogger berhari hari hingga tak bisa meng'update' blog ini. Menyebalkan memang, ketika menyadari hidup ini bergantung kepada sesuatu yang tidak bisa diandalkan, seperti koneksi internet.

Tapi sudahlah, lupakan saja soal ketergantungan internet. Toh saya tidak sendiri dalam hal seperti ini. Mari sambut tahun baru ini dengan Optimisme. Semoga tahun ini kehidupan ber internet lebih baik dari tahun tahun sebelumnya. Dan semoga biaya makin turun dan kecepatan semakin naik ;)

Salam,
Irwin